Hai Choco.. sebenarnya sudah lama
aku mau menulis tenang hal ini, soal mimpi. Choco.. sebnarnya berasal dari
manakah mimpi itu? Sering aku mendapatkan suatu pertanda atau bahkan hanya sekedar fikiran yang terbawa saat aku tertidur. Mimpi
dalam tidur tampak akan sangat nyata bila kit a tidak segera bangun. Mimpi
dalam tidur juga bukanlah barang yang mudah untuk diingat-ingat jika kita telah terbangun. Beberapa waktu
yang lalu aku mendapatkan mimpi yang aneh.. dan
yang membuat diri rasanya ingin membongkar sebenarnya apa mimpi itu.
Setelah mendapatkan mimpi aneh
beberapa waktu yang lalu Choco.. aku mulai rajin browsing untuk menemukan
jawaban dari mimpi itu. Aku mau tahu bagaimana islam mengartikan, ehm..
maksudku bagaimana islalm memposisikan mimpi dalam kehidupan sehari-hari
manusia. Tapi... belum ku temukan satupun kitab yang membahas perkara mimpi
secara khusus. Beruntugnya.. aku mendapatkan sebuah artikel yang meringkas
secara khusus tentang tabir mimpi. Yaitu suatu segmen yang khusus membahas
tentang mimpi. Acara ini merupakan rangkaian segmen “Assalamu’alaikum Ustadz’
yang siar di salah satu stasiun swasta. Salah satu Ustadz yang secara khusus
membahas ini adalah ust. Abi Makki. Alhamdulillah.. aku mendapatkan titik
terang dari penjelasan beliau. Ada dua poin
penting yang dapat kutangkap dari pembahasan beliau. Pertama.. sesungguhnya
kita tidak boleh bertawakal kepada mimpi, tapi tidak boleh juga mengabaikannya.
Karena suatu penentuan takdir manusia bukanlah diatur oleh mimpi. Itu justru
membahayakn diri kita menuju jalan kesyirikan. Tapi bukan berarti kita boleh
mengabaikannya. Karena sebagai kita tahu bahwa para nabi banyak yamg
mendapatkan wahyu dari Tuhan saat tertidur, lewat mimpi. Inggat apa yang pernah
diceritaka nabi Yusuf tentang mimpinya? Ia melihat sebelas bintang, matahari
dan bulan bersujud kepadanya. Atau bagaimana nabi Yusuf ditanyai oleh Amir
Mesir mengenai mimpi sang pemimpin tersebut? Mimpi yamg mereka dapat bukan
sembarang mimpi. Toh pada akhirnya merka kembalikan kepada Allah.. Sementara yang kedua Choco, kebenaran mimpi
tergantung pada kejujuran seseorang. Semakin jujur orang itu, mimpi-mimpi yang
meraka dapatkan hak adanya. Sekali lagi, kita tengok para utusan Allah. Mereka
bukan ahli bohong, dan mimpi yang didapatkan hak adanya. Namun semakin sering
orang berbohong, semakin tidak benar mimpi-mimpinya. Mari kita tengok akan diri
kita sendiri.. bagaimana mimpi kita? Seberapa banyak kita berbohong dalam
keseharian kita? Oh ya Choco.. tahukah kamu mengapa kita segera lupa akan mimpi
kita? Aku juga mendapatkan penjelasan dari pambahasan ust. Abi Makki,
sesungguhnya mimpi yang tidak penting akan segera segera di hilangkan dari
ingatan kita. Hem.. pantas saja amat sulit meginget-ingat mimpi. Padahal ada
kalanya ingin menceritakan tentang mimpi kita kepada orang lain. Yang diingat
hanyalah mimpi itu memiliki suatu yang menarik untuk diceritakan. Yang pada
akhirnya kita memang benar-benar tak ingat. Tapi aku masih penasaran, apa dasar
penjelasan-penjelasan dari Abi makki? Aku hanya akan megambil pelajaran dari
kisah para nabi dan Hadist yang dilontarkan saat pembahasan. Sisanya
Whallahua’lam...
Choco.. aku ini bukan nabi Yusuf
a.s. yang mampu menakwil mimpi, mampu mengartikan mimpi untuk ummatnya.
Berikut ini ada beberapa mimpi
yang memiliki andil besar untukku belajar tentang hidup. Tetang mimpi yang
merusak rahasia yang tertutupi hingga aku besar. Tentang mimpi yang memberi
tahuku perasaan orang lain, hingga orang yang selalu terjaga dalam mimpi.
Mimpi Bertemu Adek
Ada beberapa mimpi yang masih ku
ingat dan berbekas sampai sekarang. Choco.. ada mimpi yang membuka suatu
kenyataan yang disembunyikan. Aku ini anak kedua dari dua bersaudara. Sedari
kecil yang ku tahu aku hanya memiliki satu kakak, dan aku adalah anak bungsu.
Tidak ada saudara setelahku. Atau saudara sebelum kakaku. Mimpi ini membantah
kanyataan yang selama ini ku tahu Choco.
Pernah aku bermimpi barada di suatu tempat gelap. Disana aku menemukan sumber
cahaya. Cahaya tadi datang dari tiga pintu yan terbuka lebar. Ruangan itu
sangat lebar sekali. Cahaya yang datang hanya dari tiga pintu tadi. Aku tidak
dapat mengumpamakan ruangan itu seperti
tempat-tempat yang pernah ku tahu di dunia. Tiba-tiba da sesosok bayangan
putih, mirip boneka hujan yang digantungkan orang-orang jepang. Sosok boneka
mungil itu tiba-tiba menyeretku semena-mena. Aku tidak bisa bergerak. Iya..
sosok kecil tersebut menyerektu ke salah satu pintu yang ada. Sambil beteriak
kepadaku ia berkata’ “Kenapa harus aku yang mati, kenapa bukan kamu saja!!!
Kenapa? Kenapa bukan kamu saja yang mati? Kenapa harus aku?!” aku tidak bisa
berkata apapun. Tubuh dan bibirku kaku. Aku terus melawan agar anggota tubuhku
bisa bergerak. Hampir mendekati pintu, akhirnya aku terbangun.
Ketika itu aku masih SMP Choco..
tanpa ada maksud apapun, aku tak sengaja menceritakan mimpi itu ke sepupuku.
Sepupuku yang lebih tua dariku akhirnya menceritakan suatu kenyataan yang aku
belum pernah tau. Karena aku menceritakan mimpi itu Choco.. sepupuku teringat
akan hal yang tidak pernah ku ketahui
dan tidak di ketahui pula oleh kakak ku. Sepupuku bercerita bahwasanaya aku
memiliki adik. Tapi baru beberapa bulan dalam kandungan, ibuku menggugurkannya... Bukan main aku tak meyangka. Aku tak percaya
terhadap cerita sepupuku. Ku kira dia
hanya sekedar berbohong. Karena yang ku tahu ibuku orang yang baik,
mustahil ibu melekukan hal yang keji seperti itu. Tidak terima akan cerita yang
diceritakan sepupuku, aku mengadu pada Mbah Putri. Mbah lebih tau tentang ibuku
dan keluargaku. Tapi jawaban yang ku mau juga tak keluar dari penuturan Mbah
Putri. Benar adanya jika aku seharusnya memiliki adik. Seketika itu aku marah
kepada bapak-ibu yang tidak pernah menceritakan hal itu kapadaku. Ibu hanya
pasrah menerima rasa jengkelku. Tapi akhirnya bapak menjelaskan kenapa akhirnya
ibu harus menggugrkan adiku. Bapak menjelaskan kepadaku palan-palan keadaan
ibuku ketika saat itu. Ibu ternyata juga menggugurkan adek tanpa sepengetahuan
bapak. Pada intinya bapak hanya memintaku untuk mendoakan adek. Adek minta
dikirimi do’a. Choco.. jika ternyata adek benar-benar lahir di dunia, selisih
umur kami tidak sampai satu tahun. Mungkin jika kami berlari kesana kemari,
kami akan dikira anak kembar. Aku merasa jika adikku ini adalah laki-laki. Tapi kami punya banyak kesamaan. Jika aku
sedang bertangkar dengan kakak ku, adek yang akan membantuku untuk bertengkar
lawan kakaku. Hahaha... tapi itu semua hanya apa yang ku bayangkan. Kenyataannya adekku memang sudah
harus kembali.
Tahu Perasaan Orang Lain Dari Mimpi
Entah ini suatu kebetulan atau
bukan. Choco.. aku mendapatkan mimpi menyaksikan pernikahan kakak kelasku.
Mereka berdua bukan orang asing buatku. Tahukah Choco? mereka adalah ketua
Rohis di masa kepengurusanku. Yang satu merupakan Rohisah (amir perempuan) dan
yang satunya merupakan RA (amir utama, tapi aku lupa akan kepanjangnnya). Di
sauatu tempat yang tidak asing, perpustakaan SD. Mereka mengguanakan pakaian
yang serba kalem berwarna krem. Di perpustakaan SD ku, aku menyaksikan mereka
hanya berdua. Belum sampai tahap ijab. Tapi masih lamaran, alias pengkitbahan.
Beberapa hari setelah mimpi itu,
kami memiliki kesempatan untuk berkumpul. Saat itu kalau tidak salah ada rapat
PH. Semua datang, lengkap. Tanpa sengaja aku menceritakan mimpi itu kepada
kakak-kakak pengurus Rohis putri. Mereka sontak terkaget-kaget, terlebih sang
Roisah yang menjadi objek mimpi. Celakanya pembicaraan kami terdengar oleh sang
RA. Sang RA yang agak kegirangan mendengar dirinya ada dalam mimpiku bersikeras
bertanya kepadaku, “Asta!! Emang kitbah itu apa?” hanya berusaha segera
menghindar dari sang RA.
Semenjak cerita mimpiku tersebar,
gelagat kakak kelasku mulai aneh. Sang RA punya pandangan yang tidak biasa
setiap bertemu Roisah. Saat aku dan sang Roisah jalan bersama dan tak sengaja
bertemu RA di tempat fotocopy depan sekolah, ada bau-bau sinetron. Angin yang
berhembus dari timur mengangkat lembaran-lembaran kertas yang dibawa sang RA.
Pandangannya langsung tertuju kepada Roisah, dan segera menyapa. Ini kejadian
yang tidak biasa... yang biasanya sang RA begitu menjaga, beberapa hari sejak
aku bercerita sikapnya makin tampak jika ada apa-apa.
Sempat aku berkumpul dengan
kakak-kakak PH Rohis. Seperti biasa, jika segerombolan perempuan sudah
berkumpul kami akan saling bercerita. Astaghfirullah.. ampuni dosa kami ya
Allah :) saat itu kami memang saling berbagi tentang perasaan yang sedang kami
ampu, soal kakak-kakak kami sang Roisah dan RA. Ternyata memang kami merasa
bahwa sang RA sudah tidak bisa menyembunyikan apa yang dia rasakan. Akhirnya
kami tahu jika sang RA memang ada rasa terhadap Roisah. Ya Allah.. aku
benar-benar tidak menyangka jika akibatnya akan sejauh ini.
Hingga akhirnya kelulusan
memisahkan kami para pengurus PH, tidak ada yang tahu mengenai kelanjutan kisah
mereka. Yang jelas kami sudah mewanti-wanti kak Roisah agar sikap RA tidak
berakibat lebih jauh. Setahun kamudian, aku sempat mampir ke rumah kak Roisah.
Kami saling bercerita untuk melepas rasa ingin terus berkumpul. Pada suatu
bagian, kak Roisah sempat bercerita mengenai kejadian yang tidak pernah ia
ceritakan sebelumnya kepada kami. Jadi
semenjak sikap kak RA yang aneh terendus, kak RA juga semakin tidak bisa
menutupi keinginannya untuk terus dekat dengan Roisah. Sebenarnya sebelum sikap
RA yang aneh tampak, beliau sudah tau jika RA ada apa-apa dengan dirinya. Tapi
baru diketahui temen-temen ketika aku menceritakan mimpi aneh itu, Choco. Kak
RA semakin rajin mengirim pesan singkat yang sekiranya tidak perlu. Juga sering
sekali menelfon kak Roisah. Panggilan pertama kak Roisah masih mau mengangkat.
Pembicaran yang tidak terarah tujuannya. Kak Roisah pun sesegera mungkin
mengakhiri panggilan.. Hingga panggilan-panggilan selanjutnya, kak Roisah
ketakutan mengangkat. Akibat kejadian ini, silaturahmi meraka agak sedikit
rusak.
Aku jadi tahu perasaan orang dari
mimpiku. Tapi kejadiannya fatal hingga aku menceritakannya ke orang lain.
Semoga ada pelajaran dari ini semua.
Seorang Salih Yang Selalu Terjaga di Dalam Mimpi
“Dalam mimpi pun, engkau tetap menundukan pandangan. Dengan perangaimu
yang begitu membuatku malu untuk melihatmu. Akupun segera bersembuyi agar kau
tak melihatku. Sungguh terjaganya imanmu meski aku hanya menemuimu di mimpi.
Semoga Allah selalu membersamaimu”
Sebuah notes yang segera ku ketik
di layar HP ku ketika aku terbangun dari tidur. Teman yang baru ku kenal
beberapa bulan terbawa sampai alam bawah sadar.
Choco.. aku hanya sekedar
berbincang dengan orang ini di dunia maya. Bertemu langsung pun belum pernah
sebelumnya. Kalaupun kami dalam suatu forum yang sama, aku tidak pernah berani
memandangi wajahnya. BAHAYA!
Mengenal orang lewat dunia
nirkabel akan berbeda saat bertemu langsung. Bermodal foto-foto yang tertampang
di akun jejaring sosial, aku jadi tahu orang ini.
Suatu saat aku dan temanku hendak
menuju kantin kluster, aku berpapasan dengan orang yang perawakannya seperti ku
kenal. Temanku yang satu ini hanya menundukan pandangan sambil memperhatikan
langkahnya, ia sendirian. Iya, ternyata dia teman dunia maya, teman satu
departemen yang tidak pernah ku temui secara langsung. Aku pun sontak
menyapanya, “Hai, (_nama sengaja disamarkan_)!”. Sejanak memandang dari
kejauhan, ku kira aku akan salah orang. Teman yang kusapa ini juga membalas
sapaanku. “Hei..” jawabnya dan langsung kembali menundukan pandagannya,
memperhatikan jalan yang ia tapaki.
Whaw!!! Sholeh sekali temanku ini
(dalam hati miris, sikapnya mendekati dingin. Tapi memang begitu seharusnya!)
SubhanaAllah... sampai-sampai sikapnya yang begitu menjaga dirinya dalam tidur
orang yang memimpikannya secara tak sengaja.
Sebesar itukah pengaruh mimpi
yang terceritakan? Yang jelas sangat dilarang jika bertawakal terhadap
mimpi-mimpi yang ada. Tapi dibalik semua kejadian akibat mimpi yamg
kuceritakan, ada pelajaran yang harus diambil. Jangan pernah menceritakan
mengenai mimpimu yang sekiranya akan mempegaruhi orang disekitarmu. Hem.. tapi
beberapa mimpi justru kuceritakan di sini. Hehehe, semoga lebih banyak pelajaran
yang bisa diambil.
http://www.psychologymania.com
http://journey-lovely.blogspot.com
http://faresya-faresya.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar