Calon pelulus saya ini Cho.. |
Hai Choo! Temanmu ini sudah memasuki ujung nasib masa
kemahasiswaan. Dan maninan yang sekarang baru naik daun di kalangan mahasiswa
uzur macam kami adalah si itu.. ‘S’ alias skripsi. Sudah keniscayaan bagi semua
mahasiswa yang mau menjemput sarjananya untuk melalui jalan itu, ya itu.. itu
yang tidak harus ku ucapkan berkali-kali.
Iya Cho! Akhirnya kami yaaah aku tentunya merasakan kesangsian untuk kalimat, “kapan lulus?”, “udah sampai bab berapa?”, “kapan
pendadaran?”, “kapan wisuda?” yang dulu sering kutanyakan ke kakak angkatan
dengan sombongnya. Sekarang aku yang merasakan kesesakan yang meradang ketika
kalimat itu dilayangkan ke wajahkau. “Sukurin tuuuuuuuuuul, rasakan sekarang
gimana ditanyain begitu!” suara sisi jahat kakak angkatan menggema mengatai
adek angkatan yang dulu begitu sombong menanyakan hal-hal itu.
Jadi, si Skripsi ceritanya adalah mahakarya sang mahasiswa
yang telah menghabiskan waktu belajar selama 4 tahun (ehm.. normalnya) atau
lebih. Bak karya seni yang minta diapresiasi oleh khalayak, kami juga tidak
sayang mengeluarkan waktu, tenaga dan materi untuk menghasilakn tugas akhir
yang bermanfaat. Hasil belajar kami harus
dituangkan dalam ide dan permasalahan yang harus dipecahkan sendiri. Berbeda dengan
jaman dulu aku dan yang lain masih duduk di bangku sekolah. Jika ingin lulus,
kami hanya diminta menghadapi persoalan yang disodorkan pembuat soal dalam
bentuk lembaran kertas. Segala persiapan jelang ujian nasional sudah di
usahakan oleh guru-guru. Jadi saat dibangku sekolah, kami yang dicekoki segala
meteri agar kami siap menghadapi ujian. Akhirnya aku merasakan Cho, ini yang
disebut mahasiswa!
Mau lulus? Ya usaha! Belajar, cari sebanyak-banyaknya
pengetahuan, cari permasalahan dan pecahkan sendiri. Apa yang dibutuhkan harus
dicari secara mandiri, bukan dicekoki lagi macam anak sekolah. Jadi, kelulusan
mahasiswa memang harus diusahakan oleh mahasiswa itu sendiri. Karena semua yang
dikerjakan menuju ‘lulus’ bukan dosen yang merencanakan, melainkan diri
sendiri. Mengerjakan tugas akhir berarti merencanakan kelulusan. Jika ingin
lulus segera berarti harus pandai mengatur waktu, mengatur usaha, mengatur
uang, membangun komunikasi yang baik dengan dosen dan keuletean untuk
mengabaikan kemalesan. Itu semua hanya si mahasiswa yang bisa mengerjakannya,
orang tua apalagi dosen mana bisa
mengerjakan keperluan kita. Pertanyaan yang kemuadian muncul adalah “Lha yang
mau lulus siapa?”
Cho.. yang sulit itu memberi pemahaman kepada orang tua. Kelulusan
kita harus ‘diusahakan’ secara mandiri, berbeda dengan kami saat masih sekolah.
Mau lulus? Hadapi soal! Lha sekarang, jika mau lulus? Hadapi permasalahan yang
kamu ajukan. Semua butuh usaha. Bapak ibu harap bersabar ya.
Tapi bukan semata-mata kelulusan itu hanya dari faktor usaha mahasiswa. Buatku, semua tergantung fator ‘X’ Cho. Aku terlalu sering
mengandalkan faktor itu untuk menyelesaikan permasalahan hidup hahahha.. SI ‘X’
bisa mudah mengalahkan si ‘S’, serius..
X adalah sifat Maha Penyayang Allah dalam bentuk
keberuntungan. Beruntung dapat dosen pembimbing yang memang saya inginkin Cho.
Si Bapak itu pokoknya, Alhamdulillah dapat. Beruntung selama konsultasi saya
punya pemikiran yang sama dengan dosen Cho, walaupun sering aku terlihat bodoh
(memang aku bodoh sih) di hadapan beliau. Beruntung punya banya teman yang
selalu mengingatkan cho, punya banyak teman yang bersedia bantu saat ambil
data, beruntung punya banyak teman yang rajin ajak main utnuk sejenak
menghempaskan si skripsi. Alhamdulillah.. itinya dalam mengerjakakn si ‘S’
harus senang hati hihihi.
Dan yang paling penting, buat jadwal pengerjan skripsi dan
embel-embelnya. Karena si ‘S’ tidak boleh sampai mengganggu jadwal main dan
aktifitas lain. Si ‘S’ jangan sampai difikirkan setiap hari. Karena jika tidak
membuat jadwal kapan kita harus mikirkan si ‘S’ bisa-bisa kita akan
memikirkannya sepanjaaaaaaang hari. Yang menyebabkan mahasiswa terjangkit
penyakit stress dan skripsi manjadi kisah yang tak berujung. Terlalu difikirkan
tanpa tindakan bukankah hanya menghantui fikiran? Jadi beban? Jadi, buat jadwal
itu penting agar kita bisa bersahabat baik dengan skripsi. Karena skripsi cukup
dikerjakan 3 hari dalam sepekan, sisanya kita bisa sambi yang lain. Ingat, 6
SKS kan?
Oh ya Cho.. yang aku heran. Proposal praktikum atau laporan
praktikum bisa lho ku kerjakan dalam waktu 6 jam lembur. Itupun ku kerjakan
sehari sebelum batas akhir pengumpulan. Skripsi dikerjakan berapa bulan? Yah,
intinya kami sudah terlatih menghadapi situasi seperti itu, kami sudah terlatih
mengerjakan naskah, kami sudah terlatih mengambil data, kami terlatih mencari
informasi-informasi yang kami cari. Jadi, skripsi bukanlah hal yang harus ditakuti.
Skripsi adalah proyek akhir suka-suka yang harus dikerjakan dengan senang hati.
Yang paling penting adalah: Skripsi bukan hanya sekedar syarat lulus, tapi
sebagai karya yang kebermanfaatannya ditunggu. Jadi jangan main-main
mengerjakan skripsi, kerjakan dengan sungguh-sumgguh dan senang hati.
0 komentar:
Posting Komentar