Keniscayaan Calon Sarjana

by 22.57 0 komentar
Calon pelulus saya ini Cho..


Hai Choo! Temanmu ini sudah memasuki ujung nasib masa kemahasiswaan. Dan maninan yang sekarang baru naik daun di kalangan mahasiswa uzur macam kami adalah si itu.. ‘S’ alias skripsi. Sudah keniscayaan bagi semua mahasiswa yang mau menjemput sarjananya untuk melalui jalan itu, ya itu.. itu yang tidak harus ku ucapkan berkali-kali.

Iya Cho! Akhirnya kami yaaah aku tentunya merasakan kesangsian untuk kalimat, “kapan lulus?”, “udah sampai bab berapa?”, “kapan pendadaran?”, “kapan wisuda?” yang dulu sering kutanyakan ke kakak angkatan dengan sombongnya. Sekarang aku yang merasakan kesesakan yang meradang ketika kalimat itu dilayangkan ke wajahkau. “Sukurin tuuuuuuuuuul, rasakan sekarang gimana ditanyain begitu!” suara sisi jahat kakak angkatan menggema mengatai adek angkatan yang dulu begitu sombong menanyakan hal-hal itu.

Jadi, si Skripsi ceritanya adalah mahakarya sang mahasiswa yang telah menghabiskan waktu belajar selama 4 tahun (ehm.. normalnya) atau lebih. Bak karya seni yang minta diapresiasi oleh khalayak, kami juga tidak sayang mengeluarkan waktu, tenaga dan materi untuk menghasilakn tugas akhir yang bermanfaat.  Hasil belajar kami harus dituangkan dalam ide dan permasalahan yang harus dipecahkan sendiri. Berbeda dengan jaman dulu aku dan yang lain masih duduk di bangku sekolah. Jika ingin lulus, kami hanya diminta menghadapi persoalan yang disodorkan pembuat soal dalam bentuk lembaran kertas. Segala persiapan jelang ujian nasional sudah di usahakan oleh guru-guru. Jadi saat dibangku sekolah, kami yang dicekoki segala meteri agar kami siap menghadapi ujian. Akhirnya aku merasakan Cho, ini yang disebut mahasiswa!

Mau lulus? Ya usaha! Belajar, cari sebanyak-banyaknya pengetahuan, cari permasalahan dan pecahkan sendiri. Apa yang dibutuhkan harus dicari secara mandiri, bukan dicekoki lagi macam anak sekolah. Jadi, kelulusan mahasiswa memang harus diusahakan oleh mahasiswa itu sendiri. Karena semua yang dikerjakan menuju ‘lulus’ bukan dosen yang merencanakan, melainkan diri sendiri. Mengerjakan tugas akhir berarti merencanakan kelulusan. Jika ingin lulus segera berarti harus pandai mengatur waktu, mengatur usaha, mengatur uang, membangun komunikasi yang baik dengan dosen dan keuletean untuk mengabaikan kemalesan. Itu semua hanya si mahasiswa yang bisa mengerjakannya, orang tua apalagi dosen mana bisa mengerjakan keperluan kita. Pertanyaan yang kemuadian muncul adalah “Lha yang mau lulus siapa?”

Cho.. yang sulit itu memberi pemahaman kepada orang tua. Kelulusan kita harus ‘diusahakan’ secara mandiri, berbeda dengan kami saat masih sekolah. Mau lulus? Hadapi soal! Lha sekarang, jika mau lulus? Hadapi permasalahan yang kamu ajukan. Semua butuh usaha. Bapak ibu harap bersabar ya.
Tapi bukan semata-mata kelulusan itu hanya dari faktor usaha mahasiswa. Buatku, semua tergantung fator ‘X’ Cho. Aku terlalu sering mengandalkan faktor itu untuk menyelesaikan permasalahan hidup hahahha.. SI ‘X’ bisa mudah mengalahkan si ‘S’, serius..

X adalah sifat Maha Penyayang Allah dalam bentuk keberuntungan. Beruntung dapat dosen pembimbing yang memang saya inginkin Cho. Si Bapak itu pokoknya, Alhamdulillah dapat. Beruntung selama konsultasi saya punya pemikiran yang sama dengan dosen Cho, walaupun sering aku terlihat bodoh (memang aku bodoh sih) di hadapan beliau. Beruntung punya banya teman yang selalu mengingatkan cho, punya banyak teman yang bersedia bantu saat ambil data, beruntung punya banyak teman yang rajin ajak main utnuk sejenak menghempaskan si skripsi. Alhamdulillah.. itinya dalam mengerjakakn si ‘S’ harus senang hati hihihi.

Dan yang paling penting, buat jadwal pengerjan skripsi dan embel-embelnya. Karena si ‘S’ tidak boleh sampai mengganggu jadwal main dan aktifitas lain. Si ‘S’ jangan sampai difikirkan setiap hari. Karena jika tidak membuat jadwal kapan kita harus mikirkan si ‘S’ bisa-bisa kita akan memikirkannya sepanjaaaaaaang hari. Yang menyebabkan mahasiswa terjangkit penyakit stress dan skripsi manjadi kisah yang tak berujung. Terlalu difikirkan tanpa tindakan bukankah hanya menghantui fikiran? Jadi beban? Jadi, buat jadwal itu penting agar kita bisa bersahabat baik dengan skripsi. Karena skripsi cukup dikerjakan 3 hari dalam sepekan, sisanya kita bisa sambi yang lain. Ingat, 6 SKS kan?


Oh ya Cho.. yang aku heran. Proposal praktikum atau laporan praktikum bisa lho ku kerjakan dalam waktu 6 jam lembur. Itupun ku kerjakan sehari sebelum batas akhir pengumpulan. Skripsi dikerjakan berapa bulan? Yah, intinya kami sudah terlatih menghadapi situasi seperti itu, kami sudah terlatih mengerjakan naskah, kami sudah terlatih mengambil data, kami terlatih mencari informasi-informasi yang kami cari. Jadi, skripsi bukanlah hal yang harus ditakuti. Skripsi adalah proyek akhir suka-suka yang harus dikerjakan dengan senang hati. Yang paling penting adalah: Skripsi bukan hanya sekedar syarat lulus, tapi sebagai karya yang kebermanfaatannya ditunggu. Jadi jangan main-main mengerjakan skripsi, kerjakan dengan sungguh-sumgguh dan senang hati. 

gudang kata choco renji

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar