Kamu Pakai Celana Lagi? Curhatan seorang perempuan yang baru belajar jadi seorang akhwat

by 01.41 0 komentar


Hai Choco! beberapa pekan yang lalu aku mau menuliskan ini. Bercerita soal pengalaman dan bagaimana kalau sorang perempuan baru belajar untuk menjadi baik.

Sampai saat ini Choco, aku masih belum mau menggunakan istilah akhwat untuk menyebutkan teman-temanku, ataupun ikhwan untuk teman yang lain. Mau sorang yang berjibab besar, ataukah yang belum berjilbab, yang bercelana ketat ataupun yang sudah memakai rok, aku tidak mau membedakan istilah untuk mereka. Memang terkadang bila kita sudah terjun ke organisasi keislaman, pasti ada islitah yang memang sudah familiar untuk kata ganti perorangan: ikhwan dan akhwat. Kedua istilah itu jadi memiliki arti yang sempit yang ditujukan untuk mereka yang memiliki penampilan tertutup dan yang tampak alim. Sementara untuk teman-taman yang masih bercelana ataupun belum berjilbab jarang sekali istilah akhwat melekat untuk mereka. Oh ya satu lagi Choco.. istilah itu lebih sering ku dengar di dalam forum saja. Dan.. aku khawatir hal tersebut justru membuat orang-orang baik jadi tampak eksklusif dan berbeda dengan yang lain. Kita sama kok, kecuali takwa kita kan Choco? (cieeeehh... tumben serius). Menurutku, selagi panggilan itu baik sah-sah saja digunakan. Tapi jika panggilan itu justru membuat orag jadi merasa lebih minder karena merasa dibedakan, lebih baik jangan. Karena akhwat itu perempuan, dan ikhwan itu selamanya tetap laki-laki. Tapi Choco, kalau aku dipanggil ikhwan, itu baru aku enggan menerima, hahaha.

Pernah suatu saat aku berbincang dengan seorang mas-mas, dan nggak sengaja si mas ini menanyakan temannya yang mungkin kebetulan aku tahu, begini:
“Eh.. kamu kenal mbak Mawar*”
“Oh.. mbak Mawar* angatan 2007 po?”
“iya, yang orangnya itu berjilbab... belum jadi akhwat sih”
“eh.... ??” (dalam hati bertanya-tanya, emang kayak apa bentuk orang belum jadi akhwat?)

Yah, itu baru salah satu contoh saja bagaimana istilah akhwat memiliki makna yang menyempit untuk seorang perempuan. Sebenarnya tidak ada aturan bagaimana akhwat harus disebutkan khusus untuk mereka yang berjilbab besar, rajin mengaji dan yang tampak alim dan begitu muslimah. Terkadang aku juga kasihan Choco, jika ada perempuan yang secara sengaja memang sudah bergelar akhwat karena kesehariannya bersama orang baik, sering  diawasi sekali perilakunya. Maksud dari diawasi, orang-orang jadi lebih perhatian bila si akhwat ini memiliki sikap yang tidak seharusnya. Seperti cerita temanku yang baru saja bercerita tentang ke-sangsiannya karena ditegur oleh teman laki-laki.

Ceritanya begini Choco, temanku ini tidak sengaja melewati temenku yang lain. Tiba-tiba dia menghampiri duduk disampingku. Dengan nafas yang masih terengal-engal wajahnya tampak tidak enak. Dia bercerita bahwa baru saja dia diperingati oleh salah satu teman kami. Temanku ini baru diperingatkn karena pada hari itu dia menggumakan celana. Yang disayangkan yang memperingatkn adalah teman laki-laki. Aku tahu, pasti itu adalah yang yang sangat tidak mengenakan sekali. Hal seperti itu justru teman-teman laki-laki yang yang memperingatkan secara langsung. Temanku ini bercerita tentang ketidak enakannya.
“Tul, aku enggak suka kalau begitu cara ngingetinnya. Yah aku tahu, aku masih belajar. Tapi kalau begitu caranya aku beneran enggak suka”
Yang bisa kuambil dari hal ini ternyata Choco, diam-diam laki-laki itu lebih peka atau perhatian pada perubahan temannya. Sebenarnya aku juga tidak enak, kenapa bukan aku yang mengingatkan temanku. Justru teman yang lain, bahkan seorang laki-laki yang harus memberi tahu tentang pakaian yang sehari-hari kami gunakan.

Pribadi orang itu siapa yang tahu Choco, sering aku bercerita dengan teman-teman tentang bagaiman kami belajar untu menjadi oarng yang labih baik. Mulai menggunakan baju yang lebih layak dan tertutup, bagaiman kami harus menjaga pandangan, bagaimana kami merasa tidak enak ketika dibonceng laki-laki dalam keadaan darurat, atau akhirya kami membicarakan bagaiman seharusnya kami bersikap dihadapan seorang laki-laki. Semua itu proses belajar. Kami semua tahu tentang itu. Tapi di sisi lain, ternyata ada kalanya kami diperingatkan begitu keras yang akhirnya membuat tafsiran lain untuk kami tidak suka terhadap peringatan tersebut. Menurutu Choco, orang yang memperingatkan temanku untuk menggunakan rok lagi, baik. Namun bila caranya salah justru membuat orang smakin jauh. Karena Choco... suatu kebaikan tidak selamanya dapat diteima secara baik juga.

Kebanyakan kisah yang pernah ku dengar, teman-teman yang sedang belajar justru sangsi ketika diperingatkan begitu frontal. Hal yang kontras pernah kutemui saat aku tidak sengaja mendengarkan kumpukan kakak-kakak perempuan bercerita tentang hal ini juga. Kami sedang di mushola kampus, aku duduk di sudut mushola sedang menyelesaikan lapoan. Yang kulihat diantara mereka ada sekitar 3 orang. Yang dua orang berpakaian labar, menggunakan rok dan berjilbab besar, bisa dikatakan sebagai akhwat. Dan yang satunya masih menggunakan celana dengan baju berompi dengan jilbab yang tidak begitu lebar. Mereka saling bercerita tentang pengalaman mereka. Kakak perempuan yang beda tidak menggunakan rok ini bercerita tetang kesangsiannya. Oh ya Choco, ternyata mbak yang bercelana ini juga aktif mengaji. Dia bercerita bahwa dia merasa tidak senang saat di peringatkan begitu keras oleh guru ngajinya. Dia berkisah saat itu ia memang menggunakan pakiana yang apa adanya sperti sekarang ia kenakan. Saat selesai bercerita, salah satu temannya hanya menanggapi,
“Sebenernya kalau kita udah punya niat baik untuk berubah itu udah bagus...” ah, serasa hujan di tengah kemarau.
Pada intinya, semua orang itu ingin menjadi baik. Meski kebaikan itu masih menjasi cita-cita yang belum tercermin dalam dirinya. Niat yang baik itu sangat baik bila teman-teman yang paham mampu menuntunnya sedikit lagi.

Oh ya Choco,.. aku ini juga masih labil. Bila dijajarkan dengan teman-teman yang sudah paham aku belum mampu. Di rumahpun aku masih mengguanakan celana training olah raga jaman SMA. Aku masih sering mendengarkan lagu-lagu macam Simple Plan ataupun AX7.  Tapi aku senang bila duduk berjajar dengan teman-teman yang soleh-solehah. Apakah itu salah? Semoga Allah selalu menjaga niat baik orang-orang sepertiku, dan suatu saat nanti aku dapat menjadi pribadiyang lebih baik lagi. Amiin...

*bukan nama sebearnya, hehehe

sumber gambar:
http://guakampungan.wordpress.com

gudang kata choco renji

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar